3.6.15

Jawaban.

Kenapa saya berakhir dengannya?
Dan mengapa saya tidak kembali?

Jujur saya lelah dihujat pertanyaan ini, kalian pasti tahu siapa yang saya maksud dalam penggalan kata 'nya' dalam kata 'dengannya'.

Jawabannya sederhana.

Dulu,
saat dia menatap saya,
saya tahu dia jatuh cinta kepada saya.
Ketika tatapan itu terbalas,
saya sadar kali ini kami saling mencintai.
Kami saling berjuang.

Sampai pada suatu waktu,
tatapan saya tak lagi dibalasnya.
Entah dari kapan ia membiarkan tatapan saya tak bertuan.

Dalam kasus ini,
tinggalah saya yang berjuang untuk cinta yang telah ada.
Cinta yang kami bangun.
Cinta yang kami perjuangkan bersama, dulunya.
Tapi ternyata,
cinta itu tidak bisa berjuang sendiri.
Bagaimanapun kalian memaksa.

Hingga akhirnya, cinta kami kandas.
Dan berakhir.
Tapi tidak dengan hati saya.

Saat itu, sepenuhnya hati saya masih untuknya.

Saya seorang wanita.
Bagi saya,
menunggu dan bertahan adalah tameng satu-satunya untuk mengharapkan cinta itu kembali pulang.
Saya tegaskan,
kami berakhir dengan cara yang baik dan jalan yang bijak.
Sehingga hubungan kami masih terjalin sangat baik.

Sampai suatu saat.
Dia memanfaatkan hati saya.
Memanfaatkan penantian saya.
Memberikan harapan tanpa kepastian.
Dan bodohnya, saya percaya.

Saya pikir, selama ini cinta saya sudah mati untuknya.
Namun saya salah.

Masih ada perih di hati ketika saya tahu dia tidak lagi menghabiskan waktu bersama saya.
Keingin tahuan saya akan dia sangat menggebu-gebu,
yang justru semakin merobek luka lebih dalam.
Hingga tidak ada lagi tempat untuk menggoreskan luka.
Tidak ada lagi air mata untuk ditangisi.
Dan tidak ada lagi alasan untuk tetap teguh menunggu dan bertahan untuknya.

Sayapun akhirnya menyerah.

Dan dalam titik ini,
kami sepenuhnya tidak lagi saling bertatap satu sama lain.
Mengartikan, sebuah akhir daripada akhir.

Bagi saya,
inilah saatnya dimana keadaan menuntut untuk membuat sebuah perubahan.
Saya anggap kedua bola mata yang selama ini bertemu,
baik dibawah awan teduh atau sembari dibasahi tetesan air hujan,
hanyalah selarik mimpi di siang hari.

Terima kasih.
Untuk sebuah mimpi panjangnya.

Kini, saya telah menemukan penggantinya.
Laki-laki ini tidak hanya menatap saya.
Tapi juga merengkuh jiwa saya,
meyakinkan dan memulihkan luka yang telah lama terkoyak.

Lantas, bagaimana dengan dia?
Hari dimana hati telah benar benar angkat kaki untuknya.
Hari dimana pintu penantian telah tertutup untuknya.
Hari dimana saya kuat berdiri tanpanya,
Hari dimana saya telah menatap sebuah dunia yang baru.

Dia justru kembali menatap saya,
seperti sedia kala dia memulainya.

Namun sayang,
perjalanan sudah saya mulai.
Sang perahu tidak akan lagi berbalik haluan dan berlabuh di tepian yang sama.
Ombak telah membawanya pergi,
menjauh.

No comments:

 

Template by BloggerCandy.com