19.10.13

Batik Yogyakarta

     Dari kerajaan-kerajaan Yogyakarta sekitar abad 17, 18, 19 batik mulai berkembang luas, kususnya di pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekedar hobi dari para keluarga raja didalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya untuk diperdagangkan oleh masyarakat. Pembatikan di Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-1 dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama adalah di desa Plered. Pembatikan di waktu itu terbatas dalam lingkungan kerajaan keraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Pada upacara resmi kerajaan keluarga keraton baik pria maupun wanita menggunakan batik kombinasi lurik. Karena rakyat tertarik maka mulailah meluas pembatikan ini keluar keraton.
     Akibat dari peperangan zaman dahulu, banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi ke daerah-daerah baru antara lain Banyumas, Pekalongan, Tulungagung dsb. Meluasnya pembatikan ini menurut sejarah Indonesia dimual dari abad ke 18. Keluaraga-keluarga keraton inilah yang meluaskan batik Jawa sampai berkembang menurut alam daerah tersebut. Setiap motif yang terwujud dalam goresan canting pada kain batik Yogyakarta adalah sarat akan makna adalah cerita. Hal inilah yang membedakan batik Yogyakarta dengan batik-batik yang lainnya, yang menjaga batim Yogyakarta tetap memiliki eksklusifitas dari sebuah mahakarya seni dan budaya Indonesia.
     Motif batik dibagi dalam beberapa kelompok, antara lain: motif bouquet, motif ceplok, motif kawung, motif kelir, motif lereng, motif nitik, motif parang, motif seling, motif sido luhur, motif sogan, motif truntum, motif tumpal, motif udan liris, motif wirasat. Berikut adalah beberapa gambar motif batik yang ada di Yogyakarta:

Batik Yogyakarta motif pamiluto

Batik Yogyakarta motif parangkusumo

Batik Yogyakarta motif sido asih

Batik Yogyakarta motif tambal

Batik Yogyakarta motif truntum

Batik Yogyakarta motif kawung

Batik Palembang

     Batik Palembang dalam sejarahnya, batik ini berasal dari Jawa sekitar 100 tahun yang lalu dengan motif yang sudah beradaptasi dengan kota Palembang. Batik Palembang memiliki keunggulan yang tak kalah unik dari batik-batik yang lain. Batik Palembang adalah batik yang mengikuti syariat Islam, yaitu batik yang tidak menggunakan gambar binatang dan manusia sebagai hiasan. Sebagian besar motif batik Palembang adalah berbentuk bunga teh dan motif lasem yang dihiasi garis simetris dan berbagai simbol tanaman, sedangkan motif bunga teh kainnya dipenuhi dengan motif bunga teh. Beberapa contoh batik Palembang adalah motif songket, kerak mutung, jungkuk, kembang jepri, sisik ikan, motif jumputan, gribik, encim, kembang bakung, sembagi dan lain-lain.
     Proses pembuatan batik Palembang sedikit berbeda dengan batik di Jawa pada umumnya. Jika di JAwa kain yang akan dibatik cukup disampirkan. Secara umum batik Palembang dibuat dengan dua cara yaitu di cap dan ditulis, sama dengan teknik membatik pada umumnya. Namun saat ini dikembangkan juga batik dengan cara printing. Batik Palembang menggunakan bahan sutra, organdi, jumputan, katun dan blongsong. Untuk pewarnaan menggunakan warna cerah khas melayu seperti, merah, kuning, hijau terang.
     Pengrajin batik Palembang saat ini masih sangat sulit ditemui, oleh karena itu perlu dukungan dari beberapa pihak untuk tetap melestarikan batik ini. Lokasi pengrajin batik Palembang bisa ditemui di sepanjang Jl. Aiptu Wahab Palembang sedangkan toko-toko yang menjual batik Palembang banyak tersebar di daerah pasar Ilir 16 Baru, komplek Hero, di samping Ramayana. Berikut adalah beberapa gambar contoh dari batik-batik yang ada di Palembang:

Batik Palembang motif bunga teh
Batik Palembang motif jumputan
Batik Palembang motif kembang kangkung
Batik Palembang motif lasem

Batik Palembang motif songket
Batik Palembang motif songket
 

Template by BloggerCandy.com